Saturday, August 30, 2008

Sekitarku

Ternyata lingkungan tempat tinggalku asyik juga lho! Soalnya belum lama pindah jadi masih belum familiar banget, bahkan masih suka nyasar :P
Kalau Sabtu-Minggu habis olahraga sepeda, asyik banget sarapan di dekat bunderan trus duduk-duduk di bawah plang ini... hehehe. Nah, kalau sore-sore teduh banget, sambil bawa laptop deh, ngayal ke sana ke mari menikmati semilir angin, asyiknya...

Atau kalau mau jalan-jalan kita bisa pilih alat transfortasi dari becak, ojek, metromini, bis bahkan gethek (perahu). Asyik juga lho, murah meriah sampai jalan raya. Nih, buktinya. Ayo, siapa mau main ke sini, aku ajakin naik perahu...:)


Pokoknya dijamin asyik!




Sunday, August 17, 2008

Sisi Lain Penulis

Seorang temanku penulis bilang : "sisi lain penulis adalah kalah melawan kenangan." Bener gak sih? Aku pikir-pikir dulu deh. Mungkin ada benarnya sih, tetapi ada sisi lain lagi yaitu : "sisi lain penulis adalah menjadikan kenangannya uang!" hahahaha, ini tipe penulis matre kali ya? :))

Semakin gelisah seorang penulis maka semakin banyak karya yang bakal dia tulis. Bener gak, wahai para penulis? Jadi jangan salah kalau kamu melukai hati seorang penulis, itu akan menjadi anugrah buat dia, karena dia akan menulis lebih banyak lagi, huehehehhe dan biasanya tulisannya lebih keren juga lebih kuat. Karena itu juga, seorang penulis selalu curiga kalau didekati sesama penulis : mau nyari ide dari aku, ya? Wahahaha...:))
Agak menggelikan kalau ditanya dan divonis orang :" itu hanya khayalanmu, kan?" atau begini
:" makanya jangan sibuk dengan pikiranmu sendiri, jadinya nyasar-nyasar begini." atau yang ini : "kamu tahu gak Ri, tingkatan paling tinggi seorang penulis adalah kegilaan."
Waduh, serem amat yaaaa...!

Its oke, yang jelas semua manusia mempunyai jalur masing-masing dalam hidupnya yang sudah diatur sama Allah. Dan semua jalur yang siapapun tempuh akan saling melengkapi. Nah! Jadi apapun pilihannya itu bagus, selama kita bertanggung jawab dengan apa yang kita pilih. So? Semua hanya kembali ke masing-masing, itu hanya pilihan :)

Monday, August 11, 2008

Mimpi, Keinginan, Harapan, Realita

Apa sih bedanya mimpi, keinginan dan harapan?
Kalo mimpi itu terjadi saat tidur, keinginan terjadi saat terbangun dan harapan itu lebih mendekati realisasi. Begitu gak kira-kira? Nah, kamu pernah gak memimpikan, menginginkan, mengharapkan sesuatu terlampau besar sehingga energimu habis tanpa memprediksi realita yang bakal terjadi? Kurasa banyak orang-orang seperti ini, aku juga pernah sih. Tapi kalau itu terjadi, cepat-cepatlah menyiapkan diri untuk mengantisipasi yang bakal terjadi. Kalau yang kita mimpikan, inginkan dan harapkan itu terjadi sih oke, tapi kalau nggak kan nyaho' kalau nggak siap-siap mental. Dengan persiapan, recovery kekecewaan jadi lebih cepat dan horeee! Selamat datang hari baru yang lebih menarik!

Aku punya beberapa kisah dari sahabat-sahabatku nih.
Sebut saja R, orangnya cerdas, tipe pemimpin, punya managemen yang bagus, humoris dan punya pendidikan yang bagus. Dia juga suka baca buku, malah buku Alchemisnya masih di aku, wekekeke, jadi inget gini! Oke, kembali ke topik! R cukup menyadari kemampuannya bahwa dia bisa mendapatkan hal yang lebih baik dari pekerjaannya saat itu. Maka ia menaruh harap pada suatu posisi yang menurutnya pantas ia dapatkan. Apalagi di lingkungan kerjanya nggak ada yang berada di atas level dia. Boleh dong menaruh harapan? Tetapi setelah mengikuti tes kenaikan jabatan, dia gagal. Kok bisa orang secharming R, gagal psikotes itu padahal dia merasa bisa mengerjakan semuanya? (Aku yang mengenalnya lama juga melongo). R kembali ke pekerjaannya semula dan menjalani hari-harinya dengan pikiran miskonsepsi sementara jabatan itu tetap kosong. Sampai kemudian, suatu hari R dipanggil dirut. Ngobrol-ngobrol, R di tawari promosi dengan syarat dia bisa memasukkan anak seorang petinggi di situ. Karena menurut dirut, kalau R berhasil mengubah anak petinggi itu menjadi lebih berguna, maka R bisa menghandle anak buahnya. Tibalah waktunya R mengoreksi hasil tes anak petinggi itu. Dan ternyata, dari 10 soal yang dikerjakannya hanya diisi 2 nomor, selebihnya bersih tanpa noda. Dan 2 nomor yang diisi itu, salah semua. R menggambar matahari di kertas hasil tes itu, lengkap hidung, mata dan bibir yang tersenyum kemudian menyerahkan pada HRD. Dan setelah itu R terkenang lagi akan psikotesnya, benarkah psikotes itu gagal? Lalu merenung, kalau toh lolos, apakah dia cocok berada dalam lingkungan yang kotor seperti itu? Apakah dia sanggup melihat hal-hal seperti itu?

Sahabat kedua, sebut saja A. Orangnya luar biasa pinter dan punya semangat maju yang selalu menyala. A sudah melamar ke semua program beasiswa namun selalu gagal. Suatu hari dengan lemas dia menemui seorang teman yang baru menyelesaikan program beasiswanya di Jepang. A mengeluh, kenapa kok susah banget mendapatkan beasiswa padahal sepertinya tidak ada yang kurang dalam semua tes-tes yang dilaluinya. A lupa bahwa dalam segala hal selalu terselip faktor lucky juga selain keberhasilan akademis yang dia miliki.

Dari contoh pengalaman sahabatku tadi, aku jadi mengambil kesimpulan bahwa sekeras apapun kita mengharapkan sesuatu kalau belum waktunya tiba atau belum cocok dengan kondisi kita, maka harapan itu tidak akan terwujut. Tetapi bukan berarti kita tidak berusaha lho! Berusaha adalah proses untuk mencapai hasil. Sedangkan hasilnya adalah yang terbaik untuk kita, gagal atau sukses. Orientasi kita harusnya proses bukan hasil. Karena dalam proses kita belajar banyak hal. Terkadang hasilnya kita malah diarahkan ke suatu tempat yang tidak kita inginkan sama sekali, tetapi itu justru yang terbaik dengan kondisi kita. Jadi kayaknya kita harus belajar menerima sedikit demi sedikit jika harus menghadapi kegagalan sambil merenungi bahwa inilah yang terbaik untuk kita. Dan untuk mimpi berikutnya, ayo mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, menganalisa kemampuan, upgrade kemampuan diri, insya Allah kalau sudah terpenuhi kualifikasinya, rezeki itu pasti datang pada waktunya.
Semangat yuk! Meraih mimpi? Siapa takut? :)

Sunday, August 10, 2008

Jejak Bulan

Jejak bulan di wajahmu mengabur
Meninggalkan buram di kedua matamu
Meski terhalang kaca mata itu
Aku bisa memandangnya

Kini mulai kutepikan siluet wajahmu
Tanpa sisa lagi di pinggir hatiku
Tak banyak yang cukup berharga
Untuk dikenang dan disimpan

Suatu ketika nanti jejak bulan itu akan menghilang
Dan aku akan menertawakan kebodohanku
Merasa kasihan dengan kepengecutanmu
Lalu semuanya berlari
Jejak bulan itu bahkan akan mati
Lihat saja!

Saturday, August 09, 2008

AMNESIA dan PURA-PURA

Pernah gak kamu kepengin amnesia lalu minggat ke suatu tempat yang jauh dan melupakan semua hal yang pernah kamu alami? Mungkin asyik kali ya tiba-tiba amnesia dan jadi manusia baru tanpa beban masa lalu. Tapi apa benar setelah amnesia itu kita tidak akan punya beban masalah. Halah! Namanya juga hidup, selalu saja ada masalah di tiap tikungannya.
Trus pernah gak kamu menyayangi seseorang tetapi kamu mengenakan topeng di depannya? Kamu pura-pura bersikap tidak memerlukannya, tidak membutuhkannya bahkan kalau perlu membuangnya jauh-jauh dari hidupmu? Sementara kalau kamu melihatnya bersama orang lain kamu bakal cemburu luar biasa, marah-marah dan merasa tertindas. Tapi kamu tetap saja egois tidak mau mengakui keberadaannya sekian lama mengisi hari-harimu. Ah, manusia terkadang memang makhluk paling egois yang mementingkan tujuannya sendiri.
Seseorang kepengin amnesia saat menghadapi hal-hal pahit dalam hidupnya, tapi seseorang kepengin merekam semua kenangan manis yang pernah dilampuinya. Seseorang suka berpura-pura untuk menghindari sakit hati yang parah dan tanpa sengaja malah menyakiti orang lain. Seseorang tak mau mengakui membutuhkan orang lain. Seseorang....
Ah, kadang-kadang kita tak menyadari betapa egoisnya kita. Kita hanya pandai menilai orang lain tanpa mau melihat diri kita sendiri.

Saturday, August 02, 2008

TRAUMA

Ia pucat pasi dan gemetar saat melangkah keluar rumah pagi itu. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya sehingga disergap ketakutan yang luar biasa. Siang ini, ia ingin mengunjungi seorang temannya yang sakit, hanya itu tujuannya, tapi apa yang membuatnya begitu ketakutan? Bahkan beberapa kali ia memejamkan mata untuk menghalau kunang-kunang yang memenuhi matanya.

Setelah melawan suara-suara di kepalanya dan ketakutan yang hampir membunuhnya, ia sampai juga di rumah kos temannya. Semua berjalan normal. Anehnya sepulang dari kunjungan itu, ada separuh beban yang terangkat dari kepalanya. Ia merasa dadanya yang selalu terhimpit selama bertahu-tahun membuat rongga secara tiba-tiba hingga ia dapat bernafas lebih nyaman.
Apa yang sebenarnya terjadi? Sampai di rumah ia memeriksa diary tua, merunut kejadian-kejadian silam lalu membuat garis-garis yang saling menghubung satu sama lain. Sudah lama ia melakukan hal itu untuk memecahkan beberapa masalah yang sedang dihadapinya. Dan ia menemukan simpul kejadian yang pernah membuatnya sangat shock, ia mengalami stress aftershock, pura-pura melupakannya dengan kesibukan selama bertahun-tahun tapi ternyata semua trauma itu berjalan di bawah sadarnya.

Trauma dalam bahasa Yunani berarti luka. Luka psikologi yang menggambarkan situasi atau kejadian setelah seseorang mengalami suatu kejadian yang menakutkan, menyedihkan atau mengejutkan. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda menghadapi suatu kondisi traumatic, tergantung seberapa parah kejadian tersebut. Respon seseorang dalam kondisi ini umumnya ketakutan, tidak berdaya dan merasa ngeri. Juga adanya ingatan yang terus menerus terhadap kejadian yang membuat shock atau mengalami mati rasa terhadap lingkungannya. Cara seseorang menghadapi krisis tersebut, tergantung pada pengalaman dan sejarah masa lalu masing-masing. Contoh kasus di atas, ia berhasil mengurangi traumanya dengan mendatangi sumber trauma. Namun untuk peristiwa traumatic yang sangat menyakitkan ada baiknya menghubungi ahli untuk mendapatkan terapi penyembuhan.

Semua hal yang menimpa kita terjadi atas kehendak Allah, semoga kita (bisa terus belajar) selalu bersabar saat tertimpa musibah dan selalu bersyukur saat mendapatkan nikmat. Hanya Allah satu-satunya dzat yang tidak akan mengingkari janji, tidak berbohong dan tidak berkhianat. Maka hanya pada Allah-lah tempat menggantungkan harapan, bukan makhluk, bukan yang lain.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
[Al-Baqarah : 286].