Monday, January 22, 2007

Aku & Duniaku


Menulis adalah mencipta duniamu sendiri.
Senang, sedih, bahagia, menderita.
Kaulah raja dan semuanya harap minggir!
He he he...

Thursday, January 18, 2007

TELEVISI & WAKTU

Tiba-tiba aku sangat membenci televisi.
Kotak ajaib itu benar-benar sihir modern yang dapat merubah orang di hadapannya menjadi bego. Bagaimana tidak? Banyak orang menjadi tidak produktif karena kecanduan nonton televisi yang kebanyakan menayangkan sinetron-sinetron jiplakan itu. Benar-benar banyak akibat negatifnya ketimbang positipnya.

Fa, anak tetangga yang duduk di bangku SMP betah duduk seharian di depan kotak ajaib itu dan terbengong-bengong seperti sapi ompong. Ibunyapun sama. Sambil menunggu suaminya pulang dari kantor, dia akan melotot melihat semua tayangan infotainment. Sampai-sampai kalau ditanya nama kucing para artis itu dia hafal. Luar biasa! Ada lagi, Zi, bocah kecil tujuh tahun yang suka menendang pembantunya karena terobsesi menjadi pahlawannya : John Cena. Alangkah ironis pahlawan pilihannya.

Dalam sehari kita memiliki waktu 24 jam untuk berbagai macam kegiatan. Lalu bagaimana kita memaksimalkan waktu 24 jam itu untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat? Bagi orang yang kecanduan nonton televisi, tanpa mereka sadari televisi telah merampok waktu yang dijatahkan Allah. Tentu saja, karena asyik melototin televisi jadi lupa beribadah, lupa bersosialisasi dan lupa segalanya.

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa waktu kita tinggal sedikit. Kita tidak pernah tahu maut akan datang satu jam lagi, satu menit lagi atau bahkan satu detik lagi. Pernahkah kita membayangkan kalau tiba-tiba maut datang menjemput, saat kita melotot menikmati tanyangan infotainment? Dan kita baru menyadari bahwa karunia waktu, umur, yang diberikan kepada kita habis di makan televisi.

Seorang ibu rumah tangga mungkin akan mengatakan bahwa nonton infotainment adalah hiburan. Tetapi, hiburan macam apa kalau tayangan itu anda konsumsi 24 jam setiap hari? Tidakkah anda bisa melakukan hal-hal positip yang lebih produktif sambil menunggu suami anda pulang dari kantor? Oke, anda sudah berkomitmen untuk tidak bekerja di luar karena ingin mengasuh anak dan melayani suami tanpa cela. Tetapi tidak berarti di rumah untuk menghabiskan waktu di depan televisi, bukan?

Dalam buku ON WRITING, Stephen King mengatakan :” jika kau ingin menjadi penulis beneran, hindarilah kotak sialan itu.” Ia juga menyarankan lebih banyak membaca ketimbang menonton televisi. Ya, iyalah…! Buat apa menonton televisi yang sinetron-sinetronnya jiplakan semua itu? Benar-benar pelecehan kreativitas. Masa sih, penulis kita tidak bisa membuat cerita bagus asli Indonesia? Teman saya yang seorang penulis skenario di ujung sana tertawa sambil berkata : “masalahnya tetap pada sekelompok orang yang memiliki uang, sementara aku butuh makan.”

Duh, aku semakin membenci televisi.

Tuesday, January 02, 2007

Surabaya, oh Surabaya


Untuk ke tiga kalinya aku ke Surabaya. Ibukota tanah kelahiranku ini sama sekali bukan kota favoritku sih, tetapi beberapa hal mengharuskanku ke sana. Salah satunya memenuhi undangan Tabloid Nyata, salah satu media Jawa Pos group. Begitulah, Sabtu pagi aku sudah kongkow di bandara menunggu tiga orang teman lainnya yang juga bakal berangkat ke Surabaya. Setelah 3 jam nunggu, mereka datang dengan wajah prihatin. Bagiku, nggak masalah menunggu lama. Memangnya kenapa? Aku toh pernah seharian duduk-duduk di stasiun kereta atau berjam-jam di terminal hanya untuk melihat lalu lalang penumpang. Asyik aja lagi!

Sampai bandara Juanda kami nggak ketemu penjemputnya. Akhirnya dengan gaya kostum travelingku yang amburadul, kami di bawa ke Graha Pena. Ya ampun! Mana ketemu buanyak manusia pas makan siang. Tapi cuek sajalah, Belanda sudah tidak menjajah bukan? Toh, setelah kenalan dan makan kami diantar ke hotel, dikasih rundown acara, selembar PR dan aku terkapar karena maghku kambuh.

Jam 7 malam dengan lambung perih, aku bergabung dengan teman-teman baru untuk ketemu kru Tabloid Nyata. Wah, seneng banget ketemu orang-orang baru yang notabene semua gemar menulis. Mobil kijang itu jadi rame. Semua ngobrol dan berbagi pengalaman. Ada Silvy, seorang pengacara dan penyair muda yang puisinya sering nampang di Horison. Ada Yenny, desain grafis yang menulis teenlit. Ada Eryka, anak Jogja yang baru menyadari bahwa dia suka menulis novel. Trus ada Ade, Hadi, Farid, reporter dan fotografer Nyata yang sabar ngurusin kita-kita. Hehe, heboh deh!

Acara ramah tamah dengan semua kru Tabloid Nyata semakin heboh ketika Sanie B.Kuncoro (penulis Femina kawakan), Lan Fang dan Mas Arief (redaktur budaya Jawa Pos) datang. Akhirnya kami ngobrol sampai jam 10 malam. Setelahnya Mas Arief ngajak keliling kantor Jawa Pos seperti janjinya.
Macet luar biasa membuat kami baru makan malam jam 11 dan sampai hotel jam 12! Lalu jam berapakah tidur? Kira-kira dini hari aku baru bisa tidur! Setelah freetalk sama beberapa teman di luar kota. Ck ck ck!

Esoknya, kami bergabung dengan acara Fun Female di taman Surya. Baru siangnya jalan-jalan keliling Surabaya. Teman-teman mengusulkan beberapa hari lagi di Surabaya, tetapi apa menariknya, sih? Surabaya yang panas, Surabaya yang macet dan Surabaya yang tak menginspirasiku…hihihi, so? Aku tak keberatan ketika siang cek out hotel dan sore diantar ke bandara Juanda buat balik ke Jakarta. Meski bukan kota kenangan, setidaknya Surabaya telah mempertemukanku dengan banyak sahabat-sahabat baru. Thanks buat semua kru Nyata dan teman-teman Jawa Pos yang luar biasa. Juga special buat Mbak Lan Fang yang menginspirasiku. Salut!