Friday, April 25, 2008

Cinta

Apakah kau pernah merasakan keindahan cinta? Kau seperti mengawang, menghirup sesuatu yang menyenangkan dan dunia menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. Aku punya cerita tentang cinta.

Delapan tahun yang lalu, wanita berpendidikan SD itu berusia 38 tahun. Sosoknya sedang, tawanya riang dan pembawaannya selalu senang. Klop dengan suaminya yang suka melucu. Wanita itu ibu rumah tangga dan suaminya bekerja memeriksa rel kereta api setiap malam hingga subuh. Anaknya tiga orang. Sejak kos di rumahnya, aku menjadi bagian dari keluarganya. Empat tahun aku melewati suka duka bersama keluarga ini. Setelah tidak lagi tinggal bersamanya, aku selalu menyempatkan singgah jika kebetulan ada keperluan ke kota itu. Mungkin tepatnya bukan singgah, tetapi pulang. Bapak, begitu aku memanggil suaminya, akan menjemputku dan memaksaku menginap di rumahnya. Malamnya, aku, Ibu dan dua anak gadisnya akan menggelar kasur di lantai dan tidur bersama-sama setelah makan dan lelah bercerita. Saat seperti itu, aku seakan pulang ke rumah setelah lama di rantau.

Waktu membawaku bertemu cinta yang lain. Tiga tahun yang lalu, mantan wanita karier itu berusia 65 tahun. Meskipun sudah nenek-nenek, sosoknya ideal, senyumnya lembut dan pembawaannya penuh tata karma kraton. Maklumlah, ada silsilah darah biru. Ibu, begitu aku memanggilnya, selalu mengingatkanku pada ibu kandungku. Kami melewati hari dengan banyak berbagi suka duka. Setiap tindakannya adalah pembelajaran bagiku. Aku mengaguminya. Peluk dan ciumnya selalu mengantarkan kepergianku traveling ke beberapa tempat. Air matanya menemani kesedihan-kesedihanku menghadapi masalah. Nasehat-nasehat dan supportnya membuatku bertahan dari goncangan. Ponselku berdering-dering jika kebetulan aku lupa berpamitan pergi lewat sehari. Putrinya menjadi kakak bagiku. Malam-malam ketika menikmati sinar bulan di balkon, aku sering merenung. Aku merasa dalam dekapan keluarga meskipun hidup di rantau. Tak kekurangan cinta, kasih dan sayang.

Jika saja kau mau memungutnya, begitu banyak cinta di sekeliling kita. Hanya saja kita lebih sering menutup mata, lebih suka membuka permusuhan untuk hal-hal sepele dan memasang gengsi kelewat tinggi untuk menerima ketulusan cinta. Namun jangan harap kita akan mendapatkan cinta tanpa belajar mencintai orang lain. Dan pernahkah kau membayangkan betapa menakutkan hidup tanpa cinta?

No comments: