Thursday, January 18, 2007

TELEVISI & WAKTU

Tiba-tiba aku sangat membenci televisi.
Kotak ajaib itu benar-benar sihir modern yang dapat merubah orang di hadapannya menjadi bego. Bagaimana tidak? Banyak orang menjadi tidak produktif karena kecanduan nonton televisi yang kebanyakan menayangkan sinetron-sinetron jiplakan itu. Benar-benar banyak akibat negatifnya ketimbang positipnya.

Fa, anak tetangga yang duduk di bangku SMP betah duduk seharian di depan kotak ajaib itu dan terbengong-bengong seperti sapi ompong. Ibunyapun sama. Sambil menunggu suaminya pulang dari kantor, dia akan melotot melihat semua tayangan infotainment. Sampai-sampai kalau ditanya nama kucing para artis itu dia hafal. Luar biasa! Ada lagi, Zi, bocah kecil tujuh tahun yang suka menendang pembantunya karena terobsesi menjadi pahlawannya : John Cena. Alangkah ironis pahlawan pilihannya.

Dalam sehari kita memiliki waktu 24 jam untuk berbagai macam kegiatan. Lalu bagaimana kita memaksimalkan waktu 24 jam itu untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat? Bagi orang yang kecanduan nonton televisi, tanpa mereka sadari televisi telah merampok waktu yang dijatahkan Allah. Tentu saja, karena asyik melototin televisi jadi lupa beribadah, lupa bersosialisasi dan lupa segalanya.

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa waktu kita tinggal sedikit. Kita tidak pernah tahu maut akan datang satu jam lagi, satu menit lagi atau bahkan satu detik lagi. Pernahkah kita membayangkan kalau tiba-tiba maut datang menjemput, saat kita melotot menikmati tanyangan infotainment? Dan kita baru menyadari bahwa karunia waktu, umur, yang diberikan kepada kita habis di makan televisi.

Seorang ibu rumah tangga mungkin akan mengatakan bahwa nonton infotainment adalah hiburan. Tetapi, hiburan macam apa kalau tayangan itu anda konsumsi 24 jam setiap hari? Tidakkah anda bisa melakukan hal-hal positip yang lebih produktif sambil menunggu suami anda pulang dari kantor? Oke, anda sudah berkomitmen untuk tidak bekerja di luar karena ingin mengasuh anak dan melayani suami tanpa cela. Tetapi tidak berarti di rumah untuk menghabiskan waktu di depan televisi, bukan?

Dalam buku ON WRITING, Stephen King mengatakan :” jika kau ingin menjadi penulis beneran, hindarilah kotak sialan itu.” Ia juga menyarankan lebih banyak membaca ketimbang menonton televisi. Ya, iyalah…! Buat apa menonton televisi yang sinetron-sinetronnya jiplakan semua itu? Benar-benar pelecehan kreativitas. Masa sih, penulis kita tidak bisa membuat cerita bagus asli Indonesia? Teman saya yang seorang penulis skenario di ujung sana tertawa sambil berkata : “masalahnya tetap pada sekelompok orang yang memiliki uang, sementara aku butuh makan.”

Duh, aku semakin membenci televisi.

No comments: